Jumat, 22 Maret 2013

Untuk "Mainan Lama" yang Telah Menemukan "Pemilik Baru

Kudengar kautelah bahagia bersama pilihanmu. Bahagia bersama pilihanmu? Apakah kamu tidak mendapat kebahagiaan bersamaku? Dan... katanya lagi, kamu telah menemukan dirimu dan duniamu bersama dalam diri kekasih barumu. Betulkah? Memangnya kalau bersamaku kautidak mendapatkan kedua hal itu?Aku masih ingat bagaimana kita berusaha untuk saling mengucap kata pisah dan berusaha saling melupakan. Aku tak butuh waktu lama untuk menghempaskan dan membunuh penjahat bodoh seperti kamu. Tapi... kamu? Aku sangat yakin bahwa kamu harus jungkir-balik dan berusaha dengan keras untuk mengendalikan amukan perasaanmu. 

Aku sangat tahu bahwa kamu belum benar-benar melupakanku, kamu belum benar-benar menghapus aku dalam sistem kerja otakmu. Sebenarnya... aku masih menjadi duniamu, dan kamu adalah gravitasi yang terus-menerus menahanku, hingga aku bosan dan jera pada perlakuan bodohmu.Jangan berpikir bahwa aku terluka. Jangan sengaja mempersepsikan bahwa aku tak bisa mendapatkan pengganti yang lebih baik darimu. Aku tidak sebodoh kamu. Karena seorang "dalang" harus lebih pintar dari "wayangnya". Karena seorang "pemilik" harus lebih pandai daripada "bonekanya". 


Menyenangkan bukan? Kita bermain di panggung yang sama, berganti-ganti peran sesukanya, berganti-ganti topeng semaunya.Kamu adalah "boneka" yang mudah kuatur dan kuhempaskan. Kamu adalah "mainan" yang bisa kumanfaatkan sesuka dan semauku. Kalau kaupikir kaulah yang telah mempermainkanku, maka kau kembali menafsirkan hal yang salah. Kamu adalah salah satu "boneka" terbodoh yang pernah aku miliki. Salah satu? Ya... salah satu! Aku punya banyak "mainan" seperti kamu, namun diantara mereka tak ada yang sebodoh dan sebanyak gaya kamu.Kamu sudah punya "pemilik baru" ya? Tentu saja "pemilik barumu" sama bodohnya seperti kamu. 


Kamu tahu pernyataan tentang orang yang memiliki harus memberi pada yang tak memiliki? Begitu juga aku, aku harus memberi "mainan lama" untuk "pemilik baru", kalian sama, sama bodohnya!Rasanya sangat aneh kalau kaumerasa jauh lebih pintar daripada aku. Rasanya sangat menjijikan kalau kaumerasa lebih dewasa daripada aku. Kamu tak punya hak untuk mengatur dan menata hidupku! Kamu hanyalah "boneka" yang kucari ketika aku bosan dengan kebisingan dunia. Karena... sebenarnya... aku tidak berbohong jika aku berkata bahwa dalam dirimu aku menemukan ketenangan tersendiri. Dalam sepaket tawa renyahmu, aku temukan air mata yang selalu berubah menjadi tawa. Dalam aliran hening suaramu, ada bahagia yang tiba-tiba berdecak dalam getaran waktu. Dan... di dalammu, aku merasakan semua itu.Memang aku sedikit menyesal ketika kita memutuskan untuk saling pisah dan saling mencari kebahagiaan masing-masing. Aku sedikit khawatir, apakah kamu-yang-selalu-berkata-mencintaiku akan menemukan kebahagiaan baru melebihi kebahagiaan yang kuberikan padamu? Aku takut jika dinginnya dunia membuatmu menggigil. Aku takut jika kerasnya dunia menyiksa batinmu yang terlalu sering disakiti itu.Tapi... Ya sudahlah! Semua telah berlalu. Aku telah melepas rantai yang sempat membuat kakimu terjerat. Aku telah menghancurkan tembok yang menjadikan duniamu memiliki banyak sekat. Aku telah melepasmu agar kamu mampu mencari kebahagiaanmu sendiri, dan berhenti menjadi "mainan" yang selalu membahagiakanku meskipun luka tersayat pelan-pelan di hatimu.


Sekarang, kamu sudah bersama "pemilik baru", walaupun aku tahu dia mungkin tak sebaik aku, tapi berusahalah kuat dengan apapun yang terlihat baru di matamu, yang baru dan berbeda tak selamanya berarti keburukan. Kini... kaubisa bebas melakukan apapun tanpa batasan yang kuberikan untukmu. Kini... kaubisa miliki duniamu seutuhnya. Kulepaskan tali penggerak tubuhmu dan nikmatilah kebebasanmu.


Untuk "mainan lama" yang telah memiliki "pemilik baru", semoga hanya aku yang mengerti cara menggerakkan tubuhmu. Semoga hanya aku yang mampu membaca kebohongan di matamu. 



Ka Dwitasari

Untuk Kekasih Baru dan Mantan Kekasihku

Ah... Sebenarnya aku tidak mengenalmu
Siapa kamu
Dan berapa umurmu
Tapi...
Aku tak terlalu memedulikan itu

Kudengar

Kamu sudah menjadi pilihan terakhir mantan kekasihku
Astaga!
Mengapa mulutmu menganga?
Jadi...
Kamu terperanjat ketika tahu dia pernah menjadi kekasihku?

Sudahlah...
Tutup saja mulutmu dengan telapak tanganmu
Lalu...
Dengarkan ceritaku


Tentu saja

Aku lebih dulu mengenal dia daripada kamu mengenalnya
Sudah pasti
Aku lebih tahu luar dalam tubuh dan ruhnya

Mungkin
Dia pernah bercerita tentangku padamu
Aku bisa menebak bagaimana wajahnya yang manis itu tiba-tiba merah padam
Aku mampu membayangkan matanya yang indah tiba-tiba terbelalak
Aku mampu mereka-reka hidung mancungnya tiba-tiba kembang-kempis dan naPasnya mendengus tajam
Aku bisa merasakan amarahnya dari sini
Aku masih sanggup merasakan debar jantungnya yang mulai berdegup


Sebenarnya...

Dia pria yang baik
Dia manis dan cukup romantis
Tapi...
Entah mengapa ada hal asing dalam dirinya yang sulit kuterima dan kumengerti

Mungkin...
Kaubisa lebih mengerti
Mungkin...

Kaubisa menerjemahkan keasingan itu menjadi suatu kelaziman




Bagaimana kabarnya sekarang?

Apakah napasnya masih terngah-engah ketika ia sangat berantusias?
Masihkah jemarinya hangat ketika menggenggam tanganmu?
Masihkah bahunya kuat ketika tubuhmu bersandar di situ?
Aku tahu kalian pasti sangat bahagia
Walaupun mungkin saja tebakanku salah
Sinar matanya pasti semakin hangat
Ingatanku masih belum mampu melupakan kilatan halus di matanya
Otakku belum mampu menghapus rasa hangatnya ketika ia mengenggam tanganku dulu
Suaranya masih terus menderu
Halus dan lembut saat ia memanggil namaku dulu

Tolong jangan cemberut atau menangis!

Semua terjadi di masa lalu
Dan lihatlah pada dirimu!
Sekarang kamu memiliki dia
Sekarang aku kehilangan dia

Kamu masa depannya
Aku masa lalunya

Aku yakin

Dia pasti sangat mencintaimu
Karena ibunya juga mencintaimu secara penuh
Kamu dipilih langsung oleh ibunya
Untuk menjadi kekasihnya
Aku dipilih langsung oleh ibunya
Untuk mengakhiri semua yang telah terbentuk
Mimpi yang kurancang dengannya hampir sempurna
Istana yang kubuat bersamanya hampir selesai


Tapi...


Semua terpaksa hancur

Semua harus lebur
Aku tidak menyalahkan kamu

Telah terjadi bukan berarti akan berlanjut dan memiliki akhir yang indah

Seharusnya aku tahu dari awal
Rencana yang aku dan dia buat tak akan berakhir indah
Semua memang hanya mimpi

Kenyataannya...


Kamulah yang menjadi takdirnya

Kamulah yang miliki hatinya

Kautak perlu tahu bagaimana hubunganku dan hubungannya berakhir

Yang jelas semua sulit diterima akal sehat
Hanya karena mataku tak sipit!
Hanya karena aku tidak bisa melafalkan bahasa mandarin!


Semua berakhir dalam keterpaksaan


Mungkin ada keterpaksaan juga saat ia memelukmu dengan erat


Mungkin ada keterpaksaan juga saat ia berbicara cinta padamu


Kaubisa miliki raga dan tubuhnya

Tapi... 

Tapi tidak bisa milikki jalan hidupnya
Semoga hanya aku yang tahu cacat dalam dirinya
Semoga hanya aku yang mengerti keindahan dalam tuturnya

Kali ini...

Kamu pasti menangis
Kamu pasti menyesal
Wanita cerdas tak pernah menyesal!
Seperti aku yang tak pernah menyesal mencintai dia!
Seperti aku yang tak pernah menyesal membangun mimpi bersamanya!

Ka Dwitasari